watch sexy videos at nza-vids!

Turun ke bawah
login


MusicVideoimage game
CERITA DEWASA +18th hadi.yn.lt
NGENTOT DI SAWAH
Birahi di Tengah Sawah
akhirnya selesai juga UAS yang
ngebetein..”, ujar Riri merasa
lega sekali, ujian akhir
semester genapnya selesai di
laluinya. “oh iya, Ri..kita
liburan kemana nih, kan kalo
semester genap gini…liburnya
lama banget n’ bikin bete…”.
“bentar, kita omongin sekalian
ama Lina n’ Intan..”. Riri dan
Monica pun berjalan ke kelas,
dimana Lina dan Intan ujian.
Riri, Intan, Monica, dan Lina
adalah 4 gadis yang menjadi
bunga kampus, diidam-
idamkan banyak lelaki di
kampusnya. Setiap mereka
berempat lewat, lelaki yang
dilalui mereka akan diam
terpaku dan menghentikan
segala aktivitasnya hanya untuk
memandangi mereka berempat
berlalu. Bisa dibilang, mereka
berempat memang tipe cewek
yang suka menggoda lelaki.
Setiap ada cowok yang
menggoda mereka baik siul-
siul, panggil-panggil, atau
caper, pasti salah satu dari
mereka akan menengok dan
tersenyum manis. Mereka suka
sekali dengan cowok yang sok-
sok menggoda, tapi kalau
ditanggapi langsung salah
tingkah. Mereka pun tak
pernah menolak jika diajak
kenalan sehingga tak heran
kalau mereka berempat punya
banyak teman lelaki di kampus.
“Mon, kemana nih yang enak
liburannya?”. “mana ya?
pantai?”. “bosen ah..”.
“puncak?”. “ogaah…bosen
parah..”. “hmm…”. “terus
kemana dong?”. “hmm…”. “ke
Bali?”. “hmm…gimana kalo
liburan ini kita nyobain kerja-
kerja kasar gitu?”. “kerja kasar?
maksud lo?”. “yaa jadi buruh
kek, petani kek, apa kek gitu,
gimana?”, usul Intan. “ah gila
lo, apa enaknya liburan kayak
gitu?”. “yee justru itu…biar
liburan kita beda gitu…bosen
kan lo dugem, ketemu cowok-
cowok ganteng n’ kaya yang
suka banggain diri sendiri?”,
jelas Intan yang memang agak
beda dengan 3 temannya yang
glamour meski dia juga tak
kalah kaya dengan 3 temannya,
tapi tetap saja, Intan sama
‘gila’nya dengan ketiga
temannya. “mm…bener juga,
gue juga dari dulu pengen
ngerasain jadi peternak gitu
deh..”. “okelah, tapi emangnya
ada tempat yang kayak gitu?”.
“dodol lo ah…kita cari profesi
beneran aja..”.
“hmm..gimana..sekalian aja
taruhan..yang paling lama
tahan, menang n’ dapet duit 5
juta, gimana?”. “bener yaa? siip
deh..”. “tapi mesti ada bukti
foto n’ video ya..”, ujar Riri.
“oke kalo gitu..DEAL !!”. Hari
pertama liburan, Lina bingung
dengan tantangan teman-
temannya. Dia mau mencoba
jadi apa, tak pernah terbayang
olehnya, melakukan pekerjaan
kasar. Tapi, setelah dipikir-
pikir, Lina juga penasaran
tentang sisi berlawanan dari
kehidupannya. Sisi kehidupan
yang harus bekerja keras hanya
untuk menyambung kehidupan
satu hari saja. Saat sedang
menggonta-ganti chanel tv,
Lina menonton acara tentang
para petani yang sedang
menggarap sawah. “hmm…apa
gue coba jadi petani ya?”. “tapi
ntar kulit gue jadi item..”.
Entah kenapa, pertimbangan-
pertimbangan tadi seperti
sirna di pikiran Lina. Sekarang,
hanya ada perasaan semangat
dan tak sabar. Lina sendiri tak
mengerti, kenapa dia begitu
ingin merasakan jadi petani,
mungkin karena dia ingin
sekali mendapatkan
pengalaman baru. “hmm…gue
tinggal ma Abah Dirman aja
kali yaa?”. Lina teringat dengan
orang yang dipercaya ayah Lina
untuk mengurusi sawah
keluarga Lina yang ada di
kampung halamannya. Bagi
Lina, Dirman sudah seperti
keluarga sendiri. Dari kecil,
Lina selalu diawasi Dirman jika
main di sawah. Kalau dipikir-
pikir, sudah lama ia tak
bertemu Dirman. Sekalian
maen aja ah, pikir Lina.
Keesokan harinya, Lina pun
mengemudikan mobilnya ke
desa dimana ia menghabiskan
waktu kecilnya. Saat Lina sudah
dekat dengan rumah masa
kecilnya, dia melihat seorang
pria tua keluar dari rumahnya
dengan memakai caping. Pria
tua itu berhenti, mengamati
mobil sedan berwarna silver
itu. Tak lama kemudian, Lina
keluar dari mobil dan berjalan
ke arah pria tua itu. Keduanya
saling mengamati satu sama
lain. Wajahnya familiar, tapi
tak kenal, pikir keduanya.
“maaf, bapak ini siapa?”. “saya
Dirman..neng ini siapa?”. “ya
ampun Abaahh…”, teriak Lina
senang dan langsung memeluk
Dirman. Dirman kaget sekali,
tiba-tiba dipeluk wanita cantik
yang ada di depannya. “maaf,
neng ini siapa?”, tanya Dirman
masih bingung. “ya
ampun..masa Abah gak kenal
ama Lina..”. “ha? ini non
Lina?”. “iyaa..”. “ya ampun non
Lina…Abah ampe pangling
non..”. “masa Abah lupa sih
ama Lina?”. “ya bukannya gitu
non, kan udah lama banget
gak ketemu non Lina..”. “oh iya
ya..terakhir pas Lina baru
umur 11 yaa?”. “iya
non..makanya Abah
pangling..non Lina jadi cantik
banget..”. “ah Abah bisa aja..”.
“oh iya non Lina ada apa ke
sini? biasanya bapak yang
kesini?”. “ah nggak, Bah…Lina
pengen maen aja ke sini..ama
sekalian pengen belajar jadi
petani…boleh kan, Bah?”.
“boleh aja non, tapi kenapa
tiba-tiba non pengen belajar
jadi petani?”. “yaa…ada tugas
dari dosen tentang kehidupan
petani gitu, Bah…boleh kan?”.
“yaa boleh lah, non…kan
sawahnya bapaknya non
Lina..”. “kalo gitu Lina ganti
pakaian dulu deh..Abah
tunggu bentar yaa…”. “sini
non, Abah bawain kopernya..”.
“Abah masih kuat?”, canda
Lina. “masih dong, biarpun
udah 53, masih kuat..ngangkat
non Lina kayak dulu juga masih
kuat..”. “wah…jangan Bah…
dulu sih Lina demen diangkat
Abah kayak kapal terbang, tapi
sekarang ogah deh…hehe..”.
“wah..kamar Lina masih bagus
yaa..”. “iyaa non, setiap hari
Abah ke sini buat rapihin
rumah..”. “waah…makasih yaa,
Bah..tapi tempat tidurnya
kayaknya udah gak muat..”.
“kalo gitu non Lina tidur di
kamar bapak n’ ibu aja..”. “oh
iyaa ya..”. Lina
menghempaskan tubuhnya ke
tempat tidur orangtuanya
seperti tak menghiraukan
keberadaan Dirman. Pria itu
kini berusia 53 tahun, baru kali
ini ia melihat pemandangan
yang begitu indah dari tubuh
seorang gadis cantik. Memang
Dirman sering memperhatikan
Lina, tapi itu dulu saat Lina
masih kecil. Berbeda sekali
dengan sekarang. Melihat
wajah Lina yang cantik, kulitnya
yang putih mulus, ditambah
dengan payudara Lina yang
membusung ke atas dan posisi
Lina yang terlentang pasrah
memancing nafsu Dirman.
Bapak tua itu merasa batang
kejantanannya mulai bereaksi,
mulai berkhayal yang tidak-
tidak tentang tubuh anak
majikannya itu. Pikiran-pikiran
kotor singgah di otak Dirman
melihat setiap lekukan tubuh
Lina yang ada di
pandangannya. Tentu tidak
main-main kenikmatan yang
bisa direngkuh dari tubuh
seindah dan semulus tubuh
Lina. Ingin sekali rasanya di
pikiran Diman untuk meremas-
remas kedua buah payudara
yang sangat ‘menantang’ itu,
tapi Dirman masih sadar
dengan statusnya. Tak mungkin
baginya yang hanya jongos bisa
menikmati tubuh anak
majikannya, Lina. Berkhayal
pun, Dirman merasa tak pantas
dan sangat menyesal. Tapi, di
dalam hati Dirman, tentu ada
khayalan tentang kenikmatan
persetubuhan dengan Lina.
“non Lina..Abah tunggu di luar
yaa..”. “iya, Bah..makasih ya
udah bawain koper Lina..”.
“iyaa non…”. Lina pun tak mau
membuat Dirman lama
menunggu di luar. Gadis cantik
itu langsung bangun dari
tempat tidur. Celana jeans dan
kaos yang begitu ketat
membalut tubuh indahnya kini
berada di lantai, hanya tinggal
bra dan celana dalam yang
menutupi bagian-bagian tubuh
Lina. Bagian tubuh yang tentu
bisa memanjakan kaum Adam
dan membuat semua lelaki
merasa di surga. Lina
mengambil kaos dan
hotpantsnya dari dalam koper.
Lina sengaja mengenakan
hotpants dan kaos yang
longgar karena dia tahu
udaranya pasti panas dan pasti
tak enak jika memakai pakaian
yang ketat. Lina membalurkan
lotion cream ke seluruh bagian
tubuhnya yang terbuka. Tentu
saja dia tak ingin kulitnya yang
putih mulus nan halus itu
menjadi hitam dan tak sedap
lagi untuk dipandang karena
terbakar sinar matahari. Lina
keluar dari dalam rumah,
mendekati lalu mencolek
Dirman. “ayo, Bah…kita ke
sawah..”. Dirman terbengong
melihat Lina. Sepasang kaki
Lina yang jenjang nan indah
bisa dilihat Dirman dengan
sangat jelas. Dari paha Lina
hingga ke betisnya benar-benar
putih dan mulus, tak ada cacat
atau lecet sedikitpun.
Pemandangan itu membuat
Dirman membayangkan
nikmatnya mengelus-elus dan
menciumi paha yang begitu
putih mulus itu, apalagi jika
sampai ke pangkal dari
sepasang paha itu. Tanpa
sadar, Dirman menelan
ludahnya sendiri di depan
Lina. “Abah kenapa?”. “nggak
non…ayo non, ikut Abah ke
sawah…”, Dirman agak grogi
takut ketahuan sedang
memandangi tubuh Lina.
“ayoo !”, Lina bersemangat.
Selama berjalan, Dirman
berusaha keras mengenyahkan
khayalan-khayalan nakalnya.
Tak pernah ia bayangkan kalau
gadis kecil yang dulu ia ajak
bermain di sawah, ia jaga, ia
anggap anak sendiri akan
menjelma menjadi gadis yang
begitu cantik. Dari dulu,
Dirman memang menduga
kalau Lina akan menjadi wanita
cantik jika sudah dewasa, tapi
sama sekali tak menduga kalau
akan menjadi begitu cantik dan
begitu seksi, sampai mampu
membuat Dirman merasa muda
lagi, hanya dengan melihatnya
saja. Tanpa tahu diamati, Lina
berjalan di depan Dirman
sambil merekam kesana kemari
dengan handycamnya. Dirman
pun memandangi Lina dari
belakang, bagian yang paling
menarik perhatian Dirman
tentu pantat Lina. Kalau saja,
kalau saja, pikir Dirman. “Abah
bawa apa sih tuh?”, tunjuk
Lina ke rantang dan termos
yang dipegang Dirman sambil
mengarahkan handycamnya ke
wajah Dirman. “ini
non..makanan buat kita
ntar..dibuatin ama Mbok
Minah lho…”. “waaaahh…
buatan Mbok Minah yaa..udah
lama gak makan makanan
buatan Mbok Minah..asiiik !!”,
Lina kegirangan. “ini namanya
Abah Dirman, petani dari desa
Kolosari, umurnya 53 tahun..”,
ucap Lina memperkenalkan
sambil terus merekam Dirman.
“halo gitu dong, Bah…”. Sambil
malu-malu, Dirman tersenyum
dan melambaikan tangannya ke
kamera Lina. Tak lama
kemudian, mereka berdua
sampai juga di sawah.
Hamparan hijau terlihat, segar
sekali udaranya. “waah seger
banget udaranya…beda ama
udara kota…”. “iya donk non,
makanya orang desa lebih
sabar n’ gak gampang sakit..”.
“kok lebih sabar? hubungannya
apa, Bah?”. “yaa kan kalo
udaranya sejuk n’ seger..bikin
orang jadi rileks..jadinya gak
gampang marah..gak kayak
orang kota…”. “oh iyaa juga
yaa..bisa aja si Abah…
hahaha”. Dirman dan Lina
berjalan ke saung/bale-bale,
tempat yang biasa digunakan
untuk istirahat. “oh iya non
Lina, kok pake di rekam-rekam
segala?”. “ini bukti..jadi dosen
Lina percaya…”. “ooh gitu…”.
Mereka berdua kembali ke
sawah, terlihat ada beberapa
orang bapak-bapak yang
sedang menanam padi dan ada
yang membajak sawah. Dirman
memanggil semua orang yang
ada di sekitar sawah itu. Ada 5
orang bapak-bapak dan 3 orang
ibu-ibu. “kenalin, ini namanya
nona Lina, anaknya Pak
Waseso…nona Lina pengen
belajar jadi petani buat tugas
kuliahnya…bantu nona Lina..”.
“iyaa !!”. Setelah
memperkenalkan diri masing-
masing, para petani wanita
kembali menanam padi.
Sedangkan, para petani pria
genit terhadap Lina. Bertanya-
tanya kepada Lina. Lina pun
menjawab brondongan
pertanyaan sambil terus
tersenyum. Tentu saja pada
genit. Jarang sekali bisa
melihat gadis cantik yang
begitu putih mulus. Meskipun
ada kembang desa yang juga
cantik, tapi tetap saja tak ada
gadis di desa itu yang bisa
menandingi keseksian tubuh
Lina. “udah udah..sana balik
kerja..”. Lina mengikuti Dirman
ke petak sawah yang setengah
terisi padi. Dirman pun masuk
ke dalam. Dengan bantuan
Dirman, Lina juga masuk
setelah memakai boot yang
dibawa Dirman tadi. “ayo,
Bah..praktekkin caranya nanem
padi..”. “gampang non..nih
tinggal nancepin..nih..gini
doang non”, ujar Dirman
setelah menancapkan satu
genggam padi. Dengan cepat
Dirman sudah menanam sekitar
6 genggam padi. “coba sini,
Bah…Lina mau coba..”. Dirman
mengelap tangannya dan
menerima handycam dari Lina.
“ini gimana nih non?”.
“udah..Abah tinggal arahin ke
Lina aja kok..”. “kayak gini,
Bah?”. “iyaa non..”. Lina baru
menancapkan 3 genggam padi,
tapi sudah berpeluh keringat.
“susah juga yaa..hihihi..udah
gitu gak lurus lagii…hehehe..”.
Lina bertolak pinggang, melihat
hasil kerjanya. Sama sekali
beda dengan hasil tanam
Dirman yang lurus seperti satu
garis. “kok Abah bisa lurus gitu
yaa?”, Lina bingung, Dirman
yang hanya lulusan SMP bisa
menanam padi dengan sangat
rapih tanpa alat ukur.
Sedangkan dia yang bersekolah
dari TK sampai SMA ternama
dan kuliah di universitas yang
juga ternama sama sekali tak
bisa menanam padi dengan
lurus. “pake perasaan, non…”.
“ini juga udah pake perasaan,
Bah..hehe..”. “ya mungkin non
belum biasa..”. “iya kali yaa..”.
“yaudah, non tanem aja…ntar
biar Abah yang benerin..”. “ok
deh…”. Lina menanam
beberapa genggam padi lagi
hingga petak sawah itu hampir
penuh. Bukannya bekerja, para
petani lain malah asik melihat
Lina yang serius menanam
padi. Seorang gadis cantik mau
berkotor-kotoran, menanam
padi, dan bercucuran keringat,
tentu mereka tak mau
melewatkan pemandangan
yang langka ini. “uuh, capek
juga ternyata !”, ujar Lina
mengelap keringat yang ada di
dahinya dengan punggung
tangannya setelah selesai
memenuhi petak sawah dengan
hasil tanamnya. “nih non
lapnya..”. “sini, Bah
kameranya..”. Dirman
membetulkan padi hasil tanam
Lina dengan mudah dan cepat.
Lina kagum, tadi ia susah
payah mengira-ngira jarak
padi, tapi tidak rapih juga,
beda sekali dengan Dirman.
“nah udah rapi deh, non..”.
“iyaa, rapi banget kalo ditanem
ama Abah…”. “ayo non, kita ke
saung yang tadi..kita istirahat,
pasti non capek..”. “hehe,
Abah tau aja..ayo, Bah…”.
Mereka berdua kembali ke
saung yang tadi. Dirman
membuka rantang satu per
satu. “waah…semur daging !!”.
Lina makan dengan sangat
lahap bagai orang yang tak
makan berhari-hari. “ati-ati
non keselek..”, canda Dirman
sambil geleng-geleng kepala
dan tersenyum.
“aah..kenyang !!”. Lina dan
Dirman mengobrol dan
beristirahat di saung. Sesekali,
Dirman curi-curi pandang ke
bagian dada dan paha Lina.
Dalam posisi duduk bersila,
hotpants Lina semakin naik
sehingga pahanya yang putih
mulus semakin terekspos. Liur
Dirman hampir menetes
melihat paha yang sangat
mulus itu. “Bah, abis ini kita
nanem lagi?”. “gak usah,
non..kita pulang aja..udah
siang bolong..kasihan non Lina
ntar jadi gosong..”. “ya elah,
Bah..Lina udah pake tabir
surya kok..”. “ya gak usah,
non..lagian Abah pengen
ngajak non ketemu Mbok
Minah…”. “wah..ide bagus tuh,
Bah…Lina juga udah kangen
ama Mbok Minah..yuk, Bah..”.
Setelah beres-beres, tanpa
ragu-ragu Lina menggandeng
tangan Dirman. Dirman agak
kaget, tapi senang merasakan
betapa halus dan lembutnya
tangan Lina. Merasa seperti
anak kecil lagi, Lina pun
menggandeng Dirman dan
ngelendot di bahu Dirman
dengan manja. Dirman
keringetan, aroma tubuh Lina
yang begitu harum seolah
memancing ‘juniorn’ya untuk
bangun. “non, di depan
jalannya sempit..”. “oh yaudah,
Lina jalan duluan yaa..”. “iyaa
non, tapi ati-ati non..kalo
kepeleset bisa masuk ke
situ..banyak lintahnya..”. “iya,
Bah..”. “aakkhhh !!”, meski
sudah hati-hati, Lina
terpeleset. “byuurr…”. Lina
terjerembab ke dalam
kubangan yang keruh. Tubuh
bagian bawahnya terendam.
“non Lina !!!”. Dirman langsung
menjatuhkan rantang, termos,
dan handycam yang dibawanya
lalu masuk ke dalam kubangan
dan membantu Lina berdiri.
“non Lina gak apa-apa?”. “gak
apa-apa, Bah..makasih..”.
“jangan gerak non, ada
lintah..”. “waa..lepasin donk,
Bah..”. “tenang, non..kita ke
sana dulu..”. “aduuh, Bah..kaki
Lina sakit..”. “sini, Abah
papah..”. Dengan dipapah
Dirman, Lina pun duduk di
saung terdekat. Petani yang
lain pun mengerubungi saung
itu, ingin tahu apa yang
terjadi. “pinjem korek”. “nih,
Bah…”. Beberapa lintah yang
ada di betis Lina pun bisa
dilepaskan Dirman setelah
lintah itu dibakar terlebih
dulu. “ini, Bah..masih ada di
paha Lina..”. Ada 4 lintah yang
menempel di paha Lina bagian
dalam. “maav, non..bisa
diangkat dulu kakinya..”. “iya,
Bah..”. Para petani yang
mengerubungi saung pun
seolah tak berkedip atau lebih
tepatnya tak mau berkedip.
Tentu mereka tak mau
melewatkan detik-detik
pembukaan ‘warung’ Lina. Lina
mengangkat kedua kakinya ke
atas saung, dan tanpa disuruh
Lina melebarkan kedua kakinya
ke samping kiri dan kanan
seperti huruf M. Pandangan
mata para lelaki yang ada di
sekitar Lina berubah bagai
pandangan serigala saat
melihat ada mangsa. 5 pasang
mata, semuanya tertuju ke
daerah yang paling intim dari
tubuh Lina. Bukannya tak
menyadari, Lina sadar betul,
semua yang ada di sekitarnya
tidak memperhatikan lintah
yang ada di pahanya melainkan
daerah yang ada di tengah-
tengah selangkangannya. Ada
rasa hangat yang dirasakan
Lina muncul dari dalam
tubuhnya. Rasa panik melihat
lintah yang tadi dirasakan Lina
kini berubah menjadi sedikit
rasa semangat dan gairah.
Pandangan-pandangan liar
para petani membuat Lina
merasa dirinya begitu
terekspos dan begitu ‘terbuka’
seolah-olah tak ada sehelai
benang pun yang menempel di
tubuhnya. Pikiran liar pun
singgah di pikiran gadis kota
yang cantik jelita itu. Di dalam
pikirannya, Lina membayangkan
dirinya bugil sementara
Dirman sedang memeriksa
vaginanya (vagina Lina)
sebelum digunakan beramai-
ramai oleh para petani yang
sudah tak sabar ingin
menjejalkan alat kelamin
mereka ke dalam liang sempit
milik Lina. Tanpa sadar, kedua
kaki Lina semakin terbuka
lebar. Bukannya melepaskan
lintah, tapi Dirman malah
bengong, tatapan matanya
fokus ke tengah-tengah
selangkangan Lina yang ada
tepat di hadapannya. Dirman
ingin sekali merobek celana
Lina, penasaran ingin melihat
apa yang ada di dalamnya.
Pastilah indah alat kelamin
yang dimiliki seorang gadis
cantik seperti Lina, pikir
Dirman. Otak Dirman pun
kembali normal. Dirman
membakar semua lintah yang
ada di paha bagian dalam
Lina. “udah non…”, ujar
Dirman. “makasih, Bah…”. Lina
mengelap sedikit sisa-sisa
darah yang ada di pahanya.
“non Lina gak apa-apa?”, tanya
seorang petani. “iya gak apa-
apa kok, Pak Abdul…”, jawab
Lina sambil tersenyum. “non
bisa jalan?”. “bentar, Bah…”.
Lina limbung ketika
menapakkan kedua kakinya dan
mencoba berdiri. Dengan
sigap, Dirman memeluk Lina
agar Lina tidak terjatuh. “kaki
Lina sakit banget, Bah..”.
Semuanya merasa iri dengan
Dirman yang bisa memeluk dan
memegang tubuh indah Lina.
“kalo gitu Abah gendong non
Lina ampe rumah yaa?”. “iya,
Bah..”. Lina pun langsung
nemplok ke punggung Dirman
setelah Dirman jongkok. Lina
pun mengalungkan kedua
tangannya ke leher Dirman.
“maaf ya non..”. “iya, Bah..gak
apa-apa kok..”. Dirman
merapatkan kedua tangannya
untuk menampung pantat
montok Lina. “semuanya, Lina
pulang dulu ya..”. “iyaa,
non..moga cepet sembuh..”,
jawab para petani seperempak
yang sebenarnya sangat iri
kepada Dirman. “udah lama
gak digendong Abah kayak
gini..”. “iya non..udah lama
juga..”. Emang udah lama, tapi
gak pernah seenak ini gendong
lo, toket lo empuk banget, pikir
Dirman. Payudara Lina yang
masih terbungkus bh dan baju
itu menempel erat di
punggung Dirman sampai
kelihatan menyatu dengan
punggung Dirman. Meski agak
bau sinar matahari, Lina
merasa nyaman digendong
Dirman sampai tak terasa
tertidur, mungkin karena
kelelahan juga. “non udah
nyampe..”. “haa?? mm…”, ujar
Lina sambil mengucek-ngucek
matanya. Lina melepaskan
rangkulannya di leher Dirman.
Dengan bantuan Dirman, Lina
pun bisa nyaman selonjoran di
kasurnya. “kaki non Lina masih
sakit?”. “iyaa nih, Bah…masih
agak sakit..”. “mau Abah
pijetin kakinya?”. “boleh,
Bah..”. “bentar yaa non, Abah
pulang dulu..ambil minyak..”.
“iyaa, Bah..jangan lama-lama
ya…”. Dirman keluar kamar,
sementara Lina memikirkan
peristiwa di sawah tadi. Tak
pernah ia merasa begitu nakal
dan begitu liar. Rasa
penasaran pun muncul di
benak Lina. Entah darimana
pikiran itu, tapi rasanya
sekarang Lina ingin sekali
melihat kejantanan Dirman.
Meski sudah tua, tapi Dirman
masih terlihat bugar dan kekar.
Vaginanya terasa hangat dari
dalam, seperti butuh
sentuhan. Tangannya
mengelus-elus daerah
pribadinya sendiri. “hmmm”.
Sebuah batang yang hitam,
besar, dan berurat terbayang di
pikiran Lina. Semakin ‘gatal’
rasanya sehingga tangannya
pun semakin aktif. Sebagai
pemiliknya, Lina tahu kalau
daerah intimnya perlu
sentuhan. Lina pun
menyusupkan tangannya ke
dalam hotpantsnya.
“uuuhhhmmm”. Usapan-usapan
lembut pada bibir vaginanya
sendiri terasa begitu
‘menenangkan’. Jari tengahnya
naik turun tepat di tengah-
tengah belahan bibir
vaginanya. Lina pun
memejamkan matanya,
meresapi gerakkan jarinya.
Gemas dengan rangsangan
‘lembutn’ya sendiri, Lina
menyusupkan 2 jarinya masuk
ke dalam liang vaginanya yang
‘panas’. “eemmm…mmmm..”, 2
jarinya bergerak keluar masuk
dengan penuh sensasi. Lina
sadar ada sepasang mata yang
sedang mengamatinya. Lina
membuka matanya. Dirman
sudah ada di sebelah
ranjangnya, sedang berdiri dan
memandangnya. Bukannya
berhenti, Lina malah
mengeluarkan tangannya dan
langsung menuntun tangan
Dirman masuk ke dalam
hotpantsnya. “Baah, tolong
Linaa…”, desah Lina dengan
suara yang begitu
menggairahkan dan begitu
‘memancing’. Dengan insting
pria sejati yang berorientasi
sex lawan jenis (normal), tanpa
ragu-ragu Dirman mulai
meremasi isi dari hotpants
Lina. “ooohh yeeaahhh disiituu
Baah !!! teeruuss Baahh !!
uuummhhh…”, Lina semakin
menggila saat 2 jari Dirman
mulai mengebor vaginanya.
Tanpa ragu-ragu, tangan
Dirman yang satu lagi merayap
masuk ke dalam kaos Lina dan
langsung meremasi payudara
yang empuk nan kenyal yang
ada di dalamnya.
“EEENNGGHHH !!!”, lenguh Lina
panjang, tubuhnya menegang.
Dirman mengeluarkan
tangannya. Tanpa di suruh,
Dirman menarik hotpants Lina
beserta celana dalamnya dan
membuangnya ke lantai. Bagai
mimpi, Dirman tak percaya
dengan apa yang dilihatnya.
Tak percaya dengan
pandangannya, vagina kecil
yang dulu sering ia sentuh dan
ia cuci kini begitu indah,
begitu menggiurkan. Tanpa
ragu-ragu, Dirman
menempatkan kepalanya di
antara selangkangan Lina.
Dirman membenamkan
kepalanya di selangkangan Lina
yang sangat wangi. Merasa ada
yang menginvasi daerah
pribadinya, secara alami Lina
merapatkan kedua pahanya,
menjepit kepala Dirman yang
ada di tengahnya. Hidung
Dirman menempel di belahan
vagina Lina. Dirman menarik
nafas dalam-dalam, menghirup
‘aroma therapy’ yang berasal
dari vagina Lina. Beda sekali
dengan punya istrinya yang
bau amis. Memek cewek cakep
emang beda, pikir Dirman.
Lidah Dirman pun menjulur
keluar, menyentuh kelamin
Lina. “ehhh..”, tubuh Lina
langsung bereaksi saat benda
lunak dan hangat melakukan
kontak fisik dengan alat
kelaminnya. Dengan rakusnya,
Dirman melahap vagina Lina
habis-habisan. Tak henti-
hentinya, lidah Dirman
menyapu setiap jengkal dari
daerah segitiga majikannya
yang cantik itu. Mungkin hanya
kali ini bisa merasakan vagina
yang seharum dan seenak ini,
pikir Dirman. Lidahnya terus
menggali, menggali, dan
menggali lebih dalam lagi
‘tambang’ yang ada di
hadapannya sehingga Lina pun
menggeleng-gelengkan kepala,
menggeliat-geliat, kedua
pahanya semakin menjepit
kepala Dirman. “oooohhhh !!!
teeruuusshhh Baaahhh !!!!
makan memek Linaa
seepuaasnyaaaa !!!!”, teriak
Lina lepas, tak terkontrol.
“iyaaaa Baahh !! jilatin memek
Linaa !!! memek Linaa punya
Abaaahhh !!!! ooohhhh !!!”.
Mendengar perkataan-
perkataan kotor yang keluar
dari mulut gadis cantik seperti
Lina membuat semangat
Dirman berapi-api seperti
prajurit yang bersemangat
menghadapi perang. Lina
menekan kepala Dirman agar
lebih menempel dengan
vaginanya. “aaahh aahhh
aaahh AAAAKKKHHHH !!!!”, Lina
mengejang hebat, kedua
pahanya menjepit kepala
Dirman dengan sangat
kencang, perutnya agak ke
atas. “ssrruupphhh !!!!”,
Dirman tak menyia-nyiakan
‘sumber mata air’ Lina.
Semuanya habis diseruput
Dirman, cairan yang tertinggal
di liang vagina Lina pun
sampai tak ada karena terserap
lidah Dirman yang masuk
kembali. Selesai meminum inti
sari dari kelamin nonanya
sampai terkuras habis tak
bersisa, Dirman mengangkat
kepalanya menjauh dari
selangkangan Lina. Dengan
sangat tergesa-gesa, Dirman
membuka celana dan celana
dalamnya sendiri. Kedua mata
Lina langsung tertuju ke benda
yang ada di tengah-tengah
selangkangan Dirman. Benda
itu terlihat begitu kokoh.
“masukkin, Bah…”, lirih Lina
meminta Dirman untuk
menyumpal vaginanya. Kedua
kaki Lina terbuka dengan
sangat lebar, Lina juga
menyibakkan bibir vaginanya
sendiri untuk mengundang
burung Dirman agar segera
masuk ke dalam. Tanpa perlu
disuruh, pucuk penis Dirman
pun sudah mencium lubang
vagina Lina. “masukkin,
Baah..”, pinta Lina dengan
melirih. Dirman memajukan
pinggulnya perlahan, kepala
penisnya mulai mendobrak
masuk ke dalam liang
kewanitaan Lina.
“heemmhhh….”, Lina merasa
bagian bawah tubuhnya benar-
benar penuh, penuh sesak
dengan batang besar milik
Dirman yang semakin masuk ke
dalam. Sensasi yang belum
pernah dirasakan Dirman,
batangnya terasa begitu
terjepit dan terasa seperti
diurut dan dipijat. Seluruh
batang Dirman telah tertancap
di dalam liang vagina Lina
dengan sangat kokoh. Dirman
tak bergerak, diam sejenak
untuk menikmati liang vagina
Lina yang begitu hangat dan
begitu sempit. Dirman merasa
penisnya seperti dicengkram
dengan sangat kuat oleh
dinding vagina Lina. Belum lagi
rasa hangat yang menyelimuti
penisnya. Desahan-desahan
pelan mengalun lembut dari
mulut Lina saat Dirman mulai
menggerakkan tongkatnya.
Dirman agak kesusahan
menarik dan juga mendorong
penisnya, rasanya liang rahim
Lina terlalu sempit. Tapi
dengan penuh kelembutan,
Dirman terus berusaha
memompa penisnya dengan
perlahan. “oohh ooouuhh
uummhh..iyaa, Baahh !! enaak,
Baahh !!!”, racau Lina merasa
nikmat yang luar biasa di
bagian bawah tubuhnya.
Dirman terus ‘menggasak’ liang
vagina Lina. Menyodoknya
dengan penuh perasaan
namun cukup kuat untuk
membuat Lina tersentak-
sentak. “ookkhh…
ookkhh..ookkhh…”, Lina
mengerang keenakan saat
Dirman menyodok vaginanya
sampai mentok. Si pria tua itu
terus menggenjot dengan ritme
pelan agar si gadis cantik yang
sedang digenjotnya bisa
membiasakan diri terlebih
dulu. Kedua tangan Dirman
pun menangkup dan
menggenggam ‘kemasan susu’
Lina. Meremasi payudara Lina
yang terasa sangat empuk dan
kenyal itu. Kaki Lina pun
melingkar erat di pinggang
Dirman. Keduanya masih
mengenakan kaos, tapi alat
kelamin mereka sudah
menyatu. Berpikir Lina sudah
mulai terbiasa, Dirman mulai
mempercepat genjotannya.
“OOOUUHHH !!!”, Lina
mengeluh panjang lagi,
gelombang orgasme melanda
tubuhnya. “hhhh…”, nafas
keduanya menderu-deru, bulir-
bulir keringat Dirman jatuh
membasahi tubuh Lina yang
juga tak kalah basah oleh
keringat. Kedua insan itu
bercinta dengan sangat
bergairah, begitu menggelora.
Desahan-desahan penuh
kenikmatan keluar dari mulut
keduanya. Keduanya saling
berpelukan dengan erat
sementara alat kelamin mereka
terus bergesekkan semakin
cepat dan tanpa henti. “ooh
ooohh OOOKKHHH !!!!”, erang
Dirman melepas orgasmenya.
“BAAAAAHHH !!!”, Lina juga
mengerang lepas. Keduanya
sama-sama meraih puncak
kenikmatan yang mereka
bangun bersama-sama. Rasa
hangat dan becek terasa oleh
Lina di liang kewanitaannya.
Mata Lina sayup-sayup,
semakin tak jelas
pandangannya. Rasa lelah
karena di sawah hampir
seharian ditambah habis
digempur pria tua dengan
‘senjatan’ya yang bukan main
membuat Lina tak bisa
menahan rasa kantuknya. Dia
pun tertidur tanpa memikirkan
batang Dirman yang masih
‘menyangkut’ di vaginanya.
Saat Lina terbangun, Lina
mendapati dirinya sudah
berselimut. Lina pun membuka
selimutnya. Lina tersenyum
saat melihat cairan putih yang
meleleh keluar dari vaginanya.
Lina bangun dan membuka
kaos beserta bhnya lalu
menuju kamar mandi. “aah
segeerrr…”. Air dingin
mengucur dari pancuran
membasahi tubuh indah Lina.
Dia mengambil shower dan
menyemprotkan air ke daerah
intimnya untuk membersihkan
alat kelaminnya yang telah
‘dinodai’ Dirman. Lina
menyabuni setiap jengkal dari
tubuhnya. Tubuh Lina pun
kembali segar dan wangi. Lina
melilitkan handuk ke tubuhnya
yang basah. Handuknya yang
bisa dibilang kecil hanya bisa
menutupi payudara sampai 5
cm di bawah ‘lembah’ miliknya.
Saat dia duduk di kursi meja
rias, handuknya pun terangkat
saking pendeknya. “kruuukk…”.
Perut Lina pun berbunyi
kencang. Perutnya
keroncongan, minta diisi
dengan makanan.
“aduuh..pantes aja gue laper
banget..udah jam segini…”.
Lina pun mengambil hpnya dan
menghubungi nomor rumah
Dirman. “halo, siapa ini ?”. “ini
Lina…ini Mbok Minah bukan ?”.
“ooo yaa ampun !! neng
Lina ??! apa kabar ? iyaa, ini
Mbok Minah”. Lina dan Mbok
Minah pun berbicara lewat
telpon bagai 2 orang sahabat
yang sudah lama tak bertemu.
“oh iyaa, Mbok..Abah ada ?”.
“iyaa ada, neng…kenapa ?”.
“Lina laper banget nih,
Mbok..”. “oh, iya neng, iya
neng..nanti Mbok suruh Mas
Dirman nganter makanan ke
neng…”. “masakan Mbok kan
yaa ?”. “iyaa, neng..”. “asiiik !
jangan lama-lama ya, Mbok..”.
“iyaa, neng..”. “oh iyaa..kaki
neng Lina udah agak
mendingan ?”. Lina pun
menggerakkan kakinya dan
berdiri, rasa sakitnya sudah
hilang meski masih agak ngilu
sedikit. “udah nggak, Mbok…
dipijitin Abah sih…”. “iyaa,
kata Mas Dirman, neng Lina
sampai ketiduran gara-gara
dipijit kakinya”. “iyaa,
Mbok..habis enak siih..”, ujar
Lina senyum-senyum sendiri.
Bukan ketiduran gara-gara
dipijet, tapi gara-gara disodok-
sodok, pikir Lina. “yaudah ya,
Mbok…jangan lama-lama
makanannya..hehe”. “beres,
neng..”. Lina menyudahi
pembicaraannya. Lina baru
sadar kakinya sudah agak
mendingan, tidak terlalu nyeri
seperti sebelumnya. “pasti
Abah mijitin kaki gue pas gue
tidur”, ujar Lina berbicara
sendiri. Meski kakinya terasa
agak mendingan, tapi ada
bagian lain yang terasa lebih
ngilu yaitu daerah
selangkangannya. Tapi, rasa
ngilu itu tidak terlalu terasa
karena Lina sedang duduk.
Lina bersenandung sambil
terus menyisir rambutnya.
Entah darimana, Lina merasa
senang sekali, tak sabar
menantikan kedatangan
Dirman. Lina hanya tahu satu
hal, Dirman adalah satu-
satunya pria yang mampu
memberikan kepuasan batin
yang begitu maksimal dari
semua laki-laki yang tidur
dengannya. Tubuhnya benar-
benar dimanfaatkan dengan
baik oleh pengurus sawah
ayahnya itu. Meski
selangkangannya jadi terasa
agak ngilu, Lina ingin sekali
merasakan sensasi sodokan-
sodokan Dirman lagi.
Terngiang-ngiang sensasi
nikmat dari sodokan penis
Dirman membuat Lina semakin
tak sabar menunggu pria tua
yang tadi telah
menyetubuhinya itu. “tok tok
tok !!”. “iyaa sebentar !!”, jawab
Lina dengan agak berteriak.
“adu duu hh..”, rasa ngilu
terasa di pusat daerah
intimnya saat dia ingin
berjalan cepat menuju pintu.
Lina pun berjalan pelan
dengan kaki agak terbuka dari
biasanya. “eh, Abah…udah
Lina tungguin dari tadi..”.
“iya..aa, non..maaf lama..”,
Dirman merasa jadi canggung
berhadapan dengan
majikannya apalagi hanya
handuk mini yang melilit di
tubuh Lina. Ekspresi wajah Lina
tak kelihatan kesal atau marah
malah kelihatan senang. Masih
segar ingatan Dirman akan
tubuh indah Lina yang tak
tertutup apa-apa sehingga
Dirman memandang Lina
seolah tembus pandang, tahu
bagaimana bentuk dan setiap
lekuk tubuh Lina meski
tertutup handuk. “ayo,
Bah..Lina udah mau mati nih…
hehe..”. Dirman pun langsung
ke dapur dan segera kembali
dengan piring penuh dengan
nasi. Lina yang duduk di kursi
meja makan pun langsung
menerima piring dari Dirman
dan langsung menuang
berbagai lauk yang ada di
rantang yang tadi di bawa
Dirman ke beberapa piring
kosong yang memang sengaja
disediakan di atas meja makan.
“ayo, Bah..kita makan yuuk…”.
“gak usah, non…non Lina aja
yang makan..”. “ayoo dong,
Bah…kita makan bareng..masa
Lina makan sendirian..”.
“ng..nggak usah, non..”.
Dirman benar-benar merasa tak
enak kepada Lina. Padahal tadi
dia telah mengambil
keuntungan dari tubuhnya dan
memperkosanya, tapi kenapa
majikannya masih tetap baik
malah seperti tak terjadi apa-
apa, pikir Dirman. “ayoo dong,
Bah…kalo Abah gak makan,
Lina marah nih..”, ujar Lina
dengan nada agak manja.
“i..i..iya deh non..”. Dirman
pun pergi ke dapur untuk
mengambil nasi dan ikutan
makan dengan Lina. Gadis
cantik itu makan dengan lahap.
“aahh kenyaaang !!!”. Dirman
tak berani menatap mata Lina,
rasa bersalah dan takut gara-
gara peristiwa itu meski Lina
tak menunjukkan ekspresi
marah. “non Lina..”. “iya,
Bah ?”. Dirman langsung sujud
di kaki Lina. “maaf..maafin
Abah, non…Abah bener-bener
minta maaf..Abah rela dipecat,
non…tapi tolong jangan
laporin Abah ke polisi…”, pinta
Dirman memelas dengan nada
suara orang yang hampir
menangis. “diri, Bah…”, ujar
Lina sambil berdiri. Dirman
benar-benar takut akan
dilaporkan ke polisi oleh gadis
cantik yang ada di hadapannya
karena telah memperkosanya.
Dirman berdiri dan
memberanikan diri mengangkat
kepalanya untuk memandang
mata Lina. “gak apa-apa kok,
Bah..”, jawab Lina dengan
senyuman manis menghiasi
wajahnya. “ha ? apa, non ?”,
jawaban yang sama sekali tak
diduga-duga membuat Dirman
menjadi bingung. Sambil
tersenyum, Lina membuka
lilitan handuknya. Handuk itu
pun langsung lolos turun ke
bawah. Tubuh telanjang Lina
tepat berada di depan Dirman.
“iya, Bah..Lina gak marah
kok…”, jawab Lina, nada
suaranya begitu manja, seperti
seorang istri yang sedang ingin
bermanja-manjaan dengan
suaminya. Dirman masih tak
percaya, semuanya berjalan
terlalu lancar bagaikan mimpi
saja, Dirman sama sekali tak
pernah membayangkan
keadaan ini dimana dengan
keadaan sadar, Lina telanjang
bulat di hadapannya. “non
Lina bener-bener gak marah ?”.
Lina tersenyum, dia menuntun
kedua tangan Dirman ke
belakang tubuhnya dan
menaruh di bongkahan pantat
kanan dan kirinya lalu
mengalungkan kedua
tangannya ke leher Dirman.
“beneer, Abah…malaahh…”,
nada suara Lina kini berubah
menjadi sangat ‘memancing’.
Lina mendekatkan bibirnya ke
kuping Dirman. “kalau Abah
mau lagi..Lina gak keberatan
kok..”, bisik Lina menggoda.
Ucapan yang terlontar dari
mulut Lina terdengar begitu
merdu di telinga Dirman,
seperti nada-nada lagu yang
sangat indah. “bener, non ?”,
Dirman masih tak percaya
padahal jelas-jelas kedua
tangannya menggenggam
pantat montok gadis cantik itu.
“Abah masih gak percaya ?”.
Tanpa ba-bi-bu, Lina
menempelkan bibirnya ke bibir
Dirman yang agak hitam.
“eeemmhh..emmhhh..ccpphhh”.
Keduanya saling pagut, saling
bergantian melumat dan
menghisap bibir satu sama
lain. Memang beda rasanya
jika cipokan dengan gadis yang
masih muda dan sangat cantik,
bibirnya terasa lembut dan
seperti ada rasa buah anggur
di bibirnya, pikir Dirman. Lina
pun tak bergerak membiarkan
bibirnya dipagut, dilumat,
dihisap, dan dikulum habis-
habisan oleh pria tua yang ada
di hadapannya sekarang.
Sesekali Lina menjulurkan
lidahnya untuk menjadi
‘makanan’ Dirman. Enak sekali
rasanya mencumbu bibir yang
begitu lembut dan empuk
sampai Dirman tak mau
berhenti melumat bibir Lina
untuk waktu yang cukup lama.
Lina pun tak berusaha
melepaskan diri, dia begitu
meresapi dan menikmati
cumbuan Dirman bahkan
sampai memeluk Dirman
dengan sangat erat bagai
memeluk kekasihnya saja.
Tangan Dirman pun sudah
mulai beraktifitas. Asik sekali
Dirman meremas-remas kuat
bongkahan pantat Lina yang
ada di genggaman tangannya.
Tabokan dan cubitan pun
dilayangkan Dirman ke pantat
Lina yang memang empuk,
sekel, padat, dan kenyal
sehingga tak heran kalau
Dirman jadi begitu gemas
dibuatnya. Ternyata ini arti
mimpinya kemarin, mimpi
ketiban durian runtuh. Dirman
kira itu artinya dia akan
mendapatkan rejeki nomplok,
tapi rupanya bidadari nomplok.
Tak ada rezeki yang lebih baik
dari sex gratis dengan gadis
muda nan cantik yang mau
disetubuhi dengan senang hati
tanpa paksaan sedikit pun,
pikir Dirman. Dirman pun
menarik bibirnya setelah
sangat puas mencumbu Lina.
Keduanya megap-megap
kekurangan oksigen. Lina dan
Dirman saling menatap mata
satu sama lain. Pandangan
mata Lina adalah pandangan
wanita yang sudah ‘on fire’,
siap untuk digempur habis-
habisan. Pandangan mata
Dirman pun menunjukkan
kalau dia sudah tak sabar
ingin merengkuh kenikmatan
dari tubuh gadis cantik yang
ada di hadapannya. Tak sabar
ingin menggeluti tubuh indah
Lina untuk kedua kalinya, tidak,
mungkin sampai 3x, tidak,
pokoknya sampai burungnya
tak mampu lagi berdiri dan
persediaan sperma di kantung
zakarnya habis tak bersisa.
Sementara itu, telah terjalin
suatu chemistry antara alat
kelamin Lina dan Dirman.
Vagina Lina seperti kutub utara
sementara burung Dirman
bagai kutub selatan yang
membentuk medan magnet
yang membuatnya saling tarik
menarik dan ingin bertemu.
Vagina Lina tak sabar ingin
merasakan panjang dan
diameter dari tongkat Dirman
dan penis Dirman tak mau
menunggu lagi untuk
merasakan kehangatan dan
sempitnya celah kecil yang ada
di tengah-tengah selangkangan
Lina. Karena sudah
mengantongi izin, Dirman
langsung menggendong Lina
dan membawanya masuk ke
dalam kamar. Tak beberapa
lama kemudian, bunyi ranjang
yang bergerak-gerak serta
desahan, lirihan, dan rintihan
keduanya pun terdengar dari
dalam kamar. Hanya ada
mereka berdua di dalam rumah
itu sehingga mereka bisa
mengekspresikan kenikmatan
yang sedang mereka rasakan
sesuka hati. Entah berapa jam
sudah Lina dan Dirman berada
di dalam kamar. Keduanya tak
keluar-keluar kamar sedari tadi.
Bahkan turun dari ranjang pun
keduanya tak mau. Bagai
malam pertama, Lina dan
Dirman layaknya sepasang
pengantin baru yang sedang
bersetubuh dengan penuh
gairah dan nafsu yang sangat
menggelora. Dirman merasa
nafsunya tak menurun malah
semakin naik melihat Lina yang
terkulai pasrah di hadapannya.
Lina pun merasa puas, senang,
dan ingin lagi dan lagi untuk
disetubuhi Dirman. Sodokan-
sodokan Dirman benar-benar
membuat Lina mabuk dalam
kenikmatan. “non Lina…”, bisik
Dirman yang sedang memeluk
Lina dari belakang karena
sedang istirahat. “iyaa, Bah ?”,
jawab Lina dengan nada
manja. “boleh minjem telpon
sebentar ?”. “iyaa, Bah..ada di
meja rias..”. Dirman pun turun
dari ranjang dan mengambil hp
Lina. “halo, Mbok ?”. “halo, ini
siapa ?”. “ini Mas, Mbok”. “oh
Mas Dirman, ada apa ?”. “Mas
nginep di rumah non Lina..dia
takut sendirian..”. “oh ya
udah..inget Mas, jangan
macem-macem ama neng
Lina..”. “iya, Mbok..”. Dirman
pun menutup telpon dan
menaruhnya kembali di tempat
semula. “iih..Abah boong ke
Mbok..”, ledek Lina. “hehe…
bosen tidur bareng
Mbok..enakan tidur ama non
Lina…”. “iih Abah porno iih..”.
“hehe…”. Dirman pun
memandangi Lina. Tubuhnya
berkemilauan terkena cahaya
karena keringat ditambah air
liur Dirman. Belum lagi
selangkangan Lina yang
belepotan sperma pria tua itu.
Tak disangka, gadis kecil yang
dulu dijaganya kini berubah
menjadi wanita yang sangat
cantik dan begitu montok.
Dirman pun merasa dia sedang
mengambil haknya, upahnya
untuk mengambil keuntungan
dari tubuh Lina yang
dijaganya. “Abah kok
ngeliatinnya gitu sih?”, Lina
pura-pura menutupi kedua
buah payudara dan vaginanya
dengan kedua tangannya.
“hehe..pake ditutupin segala,
non…”. Lina pun tersenyum
dan membuka kedua tangannya
ke atas seperti orang yang
sudah siap dipeluk. “sini,
Bah…”, ajak Lina dengan sangat
menggoda yang sudah siap
‘menerima’ Dirman. Tak perlu
dipaksa, Dirman langsung
menomplok Lina dan
menggumuli gadis cantik itu
sampai larut malam, sampai
staminanya habis dan
tongkatnya tak mampu berdiri
lagi, habis sudah persediaan
spermanya seperti niat Dirman
pada awalnya. Keduanya tidur
dalam berpelukan, tidur
mereka benar-benar pulas
karena kecape’an, tapi ekspresi
wajah mereka menunjukkan
kepuasan yang tiada tara. Hari-
hari dilalui Dirman dan Lina
dengan penuh kebahagiaan
dan penuh kesenangan. Lina
pun memutuskan untuk
memakai pakaian seperti ibu-
ibu petani lainnya agar benar-
benar meresapi menjadi ibu
petani. Pagi-siang Dirman
melakukan kewajibannya untuk
mengajari Lina. Sore-malam
Dirman meminta haknya
kepada Lina yang dengan
senang hati melakukan
kewajiban lainnya dari ibu
petani yaitu memberikan
tubuhnya kepada bapak petani,
yang tak lain dan tak bukan
adalah Dirman, untuk ‘digarap’
sesukanya. “iih, Abah…maen
ngintip aja..”, canda Lina saat
Dirman membuka lipatan kain
Lina untuk melihat isinya.
“hehe…Abah pengen liat
aja..”. “tapi jangan di sini,
Bah..ntar keliatan orang..”.
“iyaa deh non..hehe..”. Dirman
benar-benar senang mengusili
Lina karena Lina tak pernah
marah meskipun dia sering
iseng menyelipkan tangan ke
dalam baju dan kain Lina
untuk menyentuh ‘onderdil’
gadis cantik itu saat sedang
istirahat di saung. Tak ada
yang tahu kegiatan mereka
berdua selain di sawah. Hanya
handycam Lina yang menjadi
saksi bisu yang meliput
kegiatan Lina di sawah dan
aktifitas panasnya di ranjang
bersama Dirman. Lina pun tak
sabar ingin menunjukkan
rekamannya kepada teman-
temannya yang sama ‘gila’
dengan dirinya.
CERITA DEWASA EDISI TERBARU 2015cerita selanjutnya
Ngentot disawah asik
pembantu rumahku aku entot
pembantu pemuas majikan
ibu kost lily
kisah ngentot janda penjaga warung
ngentotin ibu mertua ku yg molek bahenol
enaknya bercumbu dengan mbak indri yg hot membahana
ketagihan ngentot sama istri temen
cewek di kenal solehah di entotin ampe muncrat
gairah seorang uztazah dilla
KUMPULAN FOTO" & VIDEO HOT TERBARU kumpulan foto foto hot sex
video hot sex
_footer
Mau dollar gratis klik disini

09 Counter :
12 Follow : 12
13 kunjungan : 2055
icon_14 harian : 1
icon_15 Bulanan : 1
icon_16 Tahunan : 1
TOP-
RATING
C-STAT
U-ON

on Online
by : 20150214102300 1 hadisofian
TONOK COMUNITY
Copyright © 2013-2024
by : WAPMASTER